KETERAMPILAN
HUBUNGAN ANTARPRIBADI
(Interpersonal
Skill)
Oleh : Drs.
Agus Mulyadi, M.Pd.
I. Tujuan
Setelah
mendapatkan pembekalan ini, peserta mampu:
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal. Terampil dalam
membangun hubungan interpersonal dengan staf, kolega, siswa,dan masyarakat
II. Uraian
Materi
Keterampilan
seorang pemimpin dalam membangun hubungan antarpribadi yang efektif dengan staf
dan atau pihak lain, merupakan salah satu kunci penting keberhasilan proses
kepemimpinan, terlebih lagi dalam konsep pendidikan orang dewasa dan dalam
dunia pendidikan secara umum. Persoalannya, upaya membangun hubungan ini
bukanlah pekerjaann yang mudah, karena yang dihadapi adalah individu dengan
segala karakteristik dan kedinamisannya, serta faktor sikap dan kebiasaan yang
telah terbangun cukup lama. Berbeda halnya jika yang dihadapi sebuah benda
mati, tingkat kekeliruan orang mempersepsi benda tersebut akan sangat kecil
jika dibandingkan dengan benda hidup.
Ada banyak faktor
yang mempengaruhi kualitas hubungan antarpribadi seseorang. Jalaluddin Rakhmant
(2004:79) mengidentfikasi empat faktor penting yang mempengaruhi kualitas
interpersonal seseorang, yaitu persepsi interpersonal seseorang, konsep diri,
atraksi interpersonal, serta hubungan interpersonal itu sendiri. Disamping itu,
keterampilan seseorang dalam membangun komunikasi verbal dan non verbal juga
memberikan pengaruh terhadap kualitas hubungan antarpribadi seseorang (Deddy
Mulyana,2005). Sedangkan dalam dimensi emosionalitas, kecerdasan emosi
seseorang justru memberikan pengaruh yang sangat besar, dibandingkan kecerdasan
intelektual, terhadap keberhasilan
seseorang dalam karirnya, termasuk keberhasilan sebagai seorang pemimpin. Untuk
memberikan pemahaman lebih lanjut, pada bagian berikut akan dibahas sejumlah
faktor di atas.
A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal
Faktor
Situasional
Deskripsi
Verbal
Deskripsi
verbal merupakan gambaran umum yang muncul atau dimunculkan tentang seseorang
melalui bahasa verbal.
Sebagai contoh
dan bahan latihan, berikan komentar Anda tentang dua susunan kalimat di bawah
ini :
Seseorang
menceritakan pada anda bahwa calon istri anda adalah orang yang cerdas, rajin,
lincah, kritis, tetapi agak keras kepala.
Seseorang menceritakan
pada anda bahwa calon istri anda adalah orang yang keras kepala, kritis,
sekalipun cerdas, lincah, dan rajin.
Pada rangkaian
kalimat pertama anda akan memberikan pencitraan yang positif. Anda akan
membayangkan calon istri anda adalah orang yang bahagia, humoris, dan mudah
bergaul. Sementara itu, pada rangkaian kalimat kedua anda memiliki persepsi
yang negatif tentang calon istri anda. Pengaruh kata pertama terkenal
denganistilah primary effect. Bagi seorang pimpinan penggunaan primary effect ini
menjadi sangat penting, karena kita akan senantiasa dihadapkan pada berbagai
pernyataan dan pertanyaan yang tentu saja sangat beragam, baik kualitas isi
maupun cara menyajikannya.
Petunjuk
Proksemik
Proksemik
merupakan studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan, yang
dilakukan oleh Edward T. Hall (Jalaluddin, 1986:104). Hall membagi jarak ke
dalam empat corak, yaitu jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak
akrab. Dalam konteks ini keakraban seseorang diindikasikan oleh seberapa dekat
posisi orang itu dalam menyampaikan pesan.
Bagaimana
komentar anda terhadap beberapa contoh di bawah ini :
Jika kita
melihat seorang suami yang selalu membuat jarak dengan istrinya. Sedangkan pada
kesempatan lain ia selalu kelihatan dekat dengan wanita lain.
Jika anda
seorang fasilitator didatangi oleh salah seorang peserta diklat, kemudian anda
mempersilahkan mereka untuk duduk sementara anda tetap duduk pada kursi lebar
anda dengan meja dihadapannya.
Petunjuk
Kinestik
Petunjuk
kinestik merupakan persepsi seseorang yang dilandasi oleh gerakan yang
ditunjukkan oleh orang itu. Sebagai contoh jika anda menerima seorang tamu dan
anda melihat tamu itu masuk dengan membungkuk, berjalan tertatih-tatih,
kemudian duduk dengan tidak berani menatap anda. Bicaranya terpatah-patah,
kedua telapak tangannya saling meremas, dan dirapatkan di atas kedua paha yang
dirapatkan benar.
Bagaimana
pendapat anda tentang tamu itu ?
Petunjuk Wajah
Petunjuk wajah
juga mempengaruhi persepsi interpersonal seseorang, kita dapat memperkirakan
beratnya persoalan yang dialami seseorang dari cara orang itu menampakkan
wajahnya, demikian pula jika kegembiraan yang diperoleh.
Petunjuk
Paralinguistik
Paralinguistik
adalah cara bagaimana orang mengucapkan lambang-lambang verbal, misalnya
intonasi suara, tempo bicara, dan gaya verbal (dialek). Melalui petunjuk ini,
orang yang suaranya keras, dapat dipersepsi sebagai satu bentuk kemarahan, dan
orang dengan tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat akan
difahami sebagai ungkapan rendah diri atau kebodohan.
Petunjuk
Artifaktual
Petunjuk
artifaktual meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik
yang dipakai, baju, tas, pangkat, bagde, dan atribut-atribut lainnya.
Jika suatu saat
kita menyenangi seseorang dan tiba-tiba kita membencinya, boleh jadi hal karena
pengaruh faktor artifaktual ini.
2. Faktor
Personal
Disamping
faktor situasional, faktor personal juga memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap persepsi interpersonal seseorang. Faktor personal yang dimaksud
mencakup :
Pengalaman
Faktor
pengalaman akan mempertajam seseorang membaca berbagai petunjuk kinestik. Jika
anda seorang fasilitator yang berpengalaman, anda akan segera bisa menangkap
apakah audience anda tertarik dengan penjelasan anda atau tidak. Jika
ketidaktertarikan yang dimunculkan, maka
anda harus segera mengubah strategi pembelajaran anda, misalnya dengan
menyisipkan satu bentuk ice breaker atau sajikan satu kasus yang relevan dengan
topik pembicaraan anda. Pada contoh lain, seorang ibu akan lebih mudah melihat
hal-hal yang tidak beres yang terjadi pada anaknya dibandingkan bapaknya,
karena itu lebih berpengalaman mengurisi hal-hal seperti ini.
Motivasi
Motivasi
seseorang akan tampak dari seberapa besar usaha yang dilakukan orang itu dalam
melakukan atau menyelesaikan pekerjaannya. Ketika kita melihat orang sukses,
maka kita akan mempersepsi bahwa orang itu memiliki motivasi yang tinggi untuk
mencapai kesuksesannya. Demikian pula sebaliknya, ketika kita melihat seorang
pengemis, maka kita akan mempersepsinya sebagai individu yang malas dan tidak
berjiwa usaha.
Kepribadian
Kepribadian
merupakan karakteristik khas yang ada pada diri indiividu yang mempengaruhi persepsi
interpersonal. Mekanisme pertahanan inidividu akan tampak dari karakteristik
kepribadian ini, seseorang yang sangat defence terhadap pendapatnya, akan
dipersepsi sebagai orang yang keras kepala atau mungkin teguh pendirian.
Kondisi ini tentu akan mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal orang itu.
B. Konsep diri
Konsep diri
merupakan faktor lain yang sangat menentukan dalam membangun kualitas hubungan
interpersonal. Seorang mahasiswa yang menganggap dirinya rajin, maka ia akan
berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, dan
mempelajari kuliah dengan sungguh-sungguh, agar memperoleh nilai akademis yang
tinggi. Demikian pula dengan seorang pemimpin, jika ia menganggap dirinya
sebagai pemimpin yang berwibawa, maka ia akan dengan sungguh-sungguh
mengorganisasikan seluruh potensi yang ada serta meningkatkan mutu kinerjanya
agar para pelanggan mendapat pelayanan terbaik.
Orang yang
memiliki konsep diri yang negatif, cenderung akan menghindari dialog terbuka,
dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi yang
keliru. Orang seperti ini, sangat responsif terhadap pujian sekalipun mungkin ia berpura-pura, kadang-kadang ia
merasa tidak diperhatikan, dan bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga
tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.
Sebaliknya
orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu ia
yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain,
menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai
berbagai perasaan, keinginan, dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui
masyarakat, dan mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
C. Atraksi
Interpersonal
Atraksi
interpersonal merupakan kecenderungan seseorang untuk menyukai, bersikap
positif, dan tertarik pada seseorang atau sesuatu. Kecenderungan ini
berkorelasi terhadap seberapa intens komunikasi interpersonal dapat dibangun
diantara keduanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya atraksi
interpersonal ini diantaranya :
1. Adanya
kesamaan karakteristik personal
Dimilikinya
kesamaan karakteristik personal akan memungkinkan tumbuhnya komunikasi
antarpribadi. Jika anda memiliki banyak kesamaan dengan teman bicara anda maka
komunikasi akan berjalan lancar, misalnya adanya kesamaan dalam bidang olah
raga, seni, atau mungkin almamater. Bagaimana jika anda seorang kepala sekolah
? Apa yang akan anda angkat sebagai bahan pembicaraan awal dengan lawan bicara
anda ?
Tekanan
Emosional (Stress)
Adanya tekanan
emosi yang tinggi pada seseorang, cenderung akan melahirkan keinginan untuk
mendapatkan perhatian, kehadiran, dan kasih sayang dari orang lain. Dalam hal
ini, orang-orang yang pernah mengalmi penderitaan, bersama-sama akan membentuk
kelompok yang bersolidaritas tinggi.
Harga diri yang
rendah
Orang-orang
yang memiliki atau merasa memiliki harga diri yang rendah, cenderung akan lebih
responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Tidak jarang orang yang
merasa harga dirinya direndahkan tumbuh keinginan untuk bergabung dan melakukan
pembuktian terbalik terhadap anggaran orang lain tentang dirinya.
Isolasi Sosial
Ketika
seseorang secara fisik dan psikis terpinggirkan atau terisolasi, cenderung akan
lebih menyukai kehadiran orang lain yang dalam pandangannya akan memberikan
kesempatan untuk berkomunikasi atau mendengarkan berbagai gagasannya. Dalam
pandangan Gain-loss Theory (Jalaluddin, 2004:113), Elliot Aronson berpandangan
bahwa seseorang cenderung lebih menyukai orang lain yang kesukaannya bertambah
kepada kita dari pada orang yang kesukaannya tidak berubah (datar-datar saja)
kepada kita. Misalnya ungkapan gsaya
tidak menyangka, ternyata Anda memiliki banyak gagasan yang sangat brilian
dalam bidang pendidikanh
Adanya daya
tarik fisik
Daya tarik
fisik sekalipun belum bisa digeneralisasikan, akan tetapi secara umum dan tidak
tertulis dapat difahami olah masyarakat.
Petunjuk artifaktual dalam banyak hal
mengindikasikan daya tarik fisik, artinya cara anda berpenampilan sangat
mempengaruhi komunikasi interpersonal
ini. Bagaimana cara seorang kepala
sekolah menampilkan dirinya akan mempengaruhi keberhasilan tugas yang diembannya.
Pemberian
Ganjaran
Seseorang
cenderung merasa senang jika diberi ganjaran, baik berupa bantuan, dorongan
moral, pujian, atau hal-hal yang dapat mengangkat harga diri kita. Kondisi
seperti ini menjadi sangat efektif bagi kepala sekolah atau bagi siapapun untuk
memperlancar komunikasi antarpribadinya.
Familiarity
Familiarity
merupakan satu bentuk kedekatan yang dirasakan seseorang dalam melakukan
komunikasi. Jika seseorang sudah mengenal sebelumnya teman bicara, maka
kecenderungan untuk semakin dekat dan lancar pembicaraan itu, akan semakin
terbuka, kecuali ada hal-hal yang sebelumnya berseberangan. Oleh karena untuk
mepercepat proses kedekatan ini, akan lebih efektif jika fasilitator membaca
gambaran umum peserta diklat yang akan dihadapinya.
Kedekatan
Disamping
familiarity, lancarnya komunikasi juga dipengaruhi oleh adanya unsur kedekatan.
Misalnya kedekatan tempat tinggal, asal daerah, atau almamater. Jika seorang
kepala sekolah pernal tinggal, atau pernah berkunjung ke suatu daerah, dan
diantara perserta diklat tersebut ada yang berasal dari daerah itu, maka
kondisi daerah yang dimaksud dapat dijadikan media untuk menciptakan kedekatan
dalam rangka memperlancar komunikasi.
Kemampuan
Orang cenderung
menyenangi orang lain yang dalam pandangannya memiliki kemampuan yang lebih
tinggi dari orang itu, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Kondisi seperti
ini, akan menjadi bahan efektif sekaligus tantangan bagi kepala sekolah untuk
menjawabnya.
D. Hubungan
Interpersonal
komunikasi yang
baik akan ditandai oleh dengan hubungan interpersonal yang baik. Dalam hal ini,
ketika seseorang melakukan komunikasi, sesungguhnya tidak sekedar menyampaikan
isi pesan, akan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Pertanyaan
: hSebutkan namamu!h, hSiapa nama
Anda ?h, hBolehkah saya tahu nama Bapak ?h mengindikasikan kadar hubungan interpersonal seseorang. Dalam
konteks ini, ada tiga faktor penting yang menentukan kadar kualitas hubungan
interpersonal seseorang, yaitu :
Percaya (trust)
Diantara berbagai
faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang
paling penting. Dalam hal ini, jika seseorang mempercayai orang lain, atau jika
orang yang kita percaya dianggap tidak akan berkhianat, maka kita cenderung
untuk bersikap lebih terbuka kepada orang lain. Banyak persoalan pribadi yang
karena unsur kepercayaan ini dapat dibuka kepada orang yang dipercayanya.
Tingkat
kepercayaan seseorang kepada orang lain, akan sangat tergantung pada faktor
personal dan situasional. Orang yang memiliki harga diri positif, cenderung
lebih mempercayai orang lain. Sebaliknya orang dengan mempunyai kepribadian
otoriter cenderung sukar mempercayai orang lain. Kepercayaan seseorang kepada
orang lain, akan sangat diperngaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
Karakteristik
dan maksud orang lain, dimana orang akan cenderung mempercayai orang lain yang
dianggap memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang
tertentu, termasuk reputasi yang disandang orang tersebut. Disamping itu,
kepercayaan juga ditandai oleh persepsi seseorang terhadap maksud orang lain
menjalin kerjasama dengan yang bersangkutan.
Hubungan
kekuasaan, artinya kepercayaan ini dibangun atas dasar kepatuhan seseorang
terhadap orang lain yang memiliki kekuasaan. Dengan kata lain, seorang atasan
akan cenderung mempercai stafnya yang tunduk dan patuh terhadap dirinya.
Sifat dan
kualitas komunikasi, artinya kepercayaan akan tumbuh jika komunikasi bersifat
terbuka, maksud dan tujuannya sudah jelas, serta harapan-harapan sudah
dinyatakan secara jelas.
Sikap Suportif
Sikap supertif
adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap
defensif bila yang besangkutan tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis.
Dengan sikap seperti ini, dapat diprediksi bahwa kualitas hubungan
interpersonal seseorang akan sangat rendah. Orang cenderung enggan melakukan
kontak atau komunikasi secara intens dengan yang bersangkutan, karena
orang-orang defensif lebih banyak
melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam komunikasi dari pada memahami
perasaan orang lain.
Komunikasi defensif
dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri
yang rendah, pengalaman defensif, atau bentuk lainnya) atau karena
faktor-faktor situasional, seperti prilaku yang ditunjukkan orang lain. Jack R.
Gibb (Jalaluddin, 2004:134) mengidentifikasi enam prilaku yang menimbulkan
iklim defensif dan supertif, yaitu :
Iklim Defensif Iklim Suportif
1. Evaluasi
2. Kontrol
3. Strategi
4. Netralitas
5. Superioritas
6. Kepastian 1. Deskripsi
2. Orientasi
masalah
3. Spontanitas
4. Empati
5. Persamaan
6.
Provisionalisme
Evaluasi dan
deskripsi
Evaluasi
artinya penilaian terhadap prestasi, kapasitas, nilai atau motif orang lain.
Komunikasi yang banyak ditandai oleh aktifitas evaluatif cenderung memiliki
kadar interpersonal yang sangat rendah, dibandingkan dengan komunikasi yang
bersifat deskriptif.
Kontrol dan
orientasi masalah
Komunikasi
interpersonal yang ditandai hasrat untuk
mengendalikan, mengubah sikap, pendapat, dan prilaku orang lain, akan memiliki
derajat yang sangat rendah, karena hal tersebut mengindikasikan ketidakterimaan
kita terhadap orang lain. Padahal syarat utama melakukan komunikasi secaa
efektif adalah menerima orang lain apa adanya. Sebalikinya komunikasi yang
fokus pada upaya pemecahan masalah akan lebih efektif sekaligus memberikan
pengaruh terhadap intensitas interpersonal orang-orang yang terlibat
didalamnya.
Strategi dan
spontanitas
Strategi
seringkali dimaknai sebagai sebuah cara yang kadang-kadang dalam berkomunikasi
diindikasikan oleh sikap berpura-pura atau penggunaan berbagai trik untuk
meyakinkan orang lain terhadap maksud-masud seseorang. Akibatnya jika orang
lain tahu bahwa kita melakukan strategi atau trik dalam berkomunikasi, maka
orang tersebut akan cenderung bersikap defensif. Berbeda dengan komunikasi yang
dilandasi oleh spontanitas. Umumnya komunikasi dengan model seperti ini
cenderung bersifat terbuka dan tidak ada beban.
Netralitas dan
Empati
Netralitas
memiliki makna impersonal, yaitu memperlakukan orang lain tidak sebagai pesona,
melainkan sebagai objek.bersikap netral tidak berarti objektif, akan tetapi
menunjukkan sikap acuh tak acuh, atau tidak menghiraukan perasaan dan
pengalaman orang lain. Sebaliknya empati juga berupaya berada dan menempatkan
pikiran dan perasaan kita bersama orang lain.
Superioritas
dan persamaan
Hubungan
interpersonal yang ditandai oleh sikap superior tidak akan berjalan secara
efektif, karena pihak lain meras inferior. Kalaulah terjadi komunikasi diantara
keduanya, dapat diprediksi bahwa orang lain yang menjalin hubungan memiliki
maksud-maksud tertentu. Berbeda halnya dengan hubungan yang ditandai oleh adanya persamaan antara yang
satu dengan yang lain.
Kepastian dan
provisionalisme
Orang yang
memiliki pandangan yang besifat kepastian, cenderung bersifat dogmatis, ingin
menang sendiri, dan melihat pandangannya sebagai kebenaran yang tidak dapat
diganggu gugat. Sementara orang dengan pandangan provisionalisme memiliki
kesediaan untuk meninjau kembali pendapatnya, dengan sebuah proses penyadaran
bahwa manusia adalah mahluk yang hilaf.
Sikap terbuka
Sikap terbuka
memiliki pengaruh yang sangat besar terhaap komunikasi interpersonal yang
efektif. Lawan dari sikap terbuka tentu saja sikap yang tertutup. Untuk
memberikan gambaran berikut ini disajikan kedua konsep atau karakteristik
diantara keduanya.
Sikap terbuka Sikap tertutup
1. Menilai pesan secara objektif, dengan
menggunakan data dan keajegan logika
2. Membedakan dengan mudah, melihat dengan
nuansa, dsb
3. Berorietnasi pada isi
4. Mencari informasi dari berbagai sumber
5. Lebih bersifat provisional dan bersedia
mengubah pendapatnya
6. Mencari pengertian pesan yang tidak
sesuai dengan rangkaian pendapatnya 1. Menilai pesan berdasarkan motif-motif
pribadi
2. Berpikir simplistis, yaitu berpikir
hitam putih tanpa nuansa
3. Bersandar lebih banyak pada sumber
pesan dari pada isi pesan
4. Mencari informasi tentang pendapat atau
pandangan orang lain dari sumbernya sendiri bukan dari sumber pendapat orang
lain
5. Secara kaku mempertahankan dan memegang
teguh pendapatnya.
6. Menolak, mengabaikan, mendistorsi
pandangan yang tidak sesuai dengan pandangan atau pendapatnya
Membandingkan
kedua sikap di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi interpersonal akan sangat
sulit terbangun dengan orang-orang yang didominasi oleh sikap tertutup. Ketika
sebuah pembicaraan banyak disoroti dari aspek motifnya, maka sesungguhnya kita
kehilangan nuansa kedekatan dengan lawan bicara kita. Komunikasi menjadi
tersendat, tidak spontan, dan tentu saja berdampak pada pembentukan jarak serta
keenggananan orang melakukan komunikasi dengan kita.
E. Komunikasi
Verbal
Keterampilan
seseorang membangun hubungan antarpribadi yang efektif tidak akan terlepas dari
kemampuan yang besangkutan dalam melakukan komunikasi verbal. Bahkan dapat
dikatakan bahwa sebagai besar pesan seseorang disampingkan melalui media verbal
ini. Arni Muhammad (2005:95) memahami komunikasi verbal sebagai komunikasi yang
menggunakan symbol-simbol atau kata-kata
, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.
Komunikasi
verbal merupakan karakteristikkhusus dari manusia, tidak ada mahluk lainyang
dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kata dapat dimanipulasi untuk menyampaikan
secara eksplisit sejumlah arti. Intonasi dan tempo bicara serta situasi dimana
kata diucapkan, akan memberikan makna yang beragam. Pengunaan kata hhati-hati,h yang dicapkan dengan intonasi yang tinggi, akan bermakna lain
jika kata yang sama diucapkan dengan intonasi yang datar-datar saja. Demikian
halnya dengan penggunaan kata htolongh yang diucapkan dengan tempo cepat,
berbeda makna dengan jika diucapkan dengan tempo yang lebih pelan.
Kata-kata dapat
menjadikan seseorang dapat menyatakan ide yang lengkap secara tepat. Kata-kata
juga dapat menyampaikan gagasan melalui gelombang udara kepada orang banyak.
Kata-kata juga dapat dibaca orang untuk beberapa menit atau untuk beberapa abad
sesudahnya. Banyak orang menjadi penasaran terhadap isi dari kitab-kitab kuno,
sebaliknya tidak sedikit orang mudah mengabaikan sejumlah pesan yang baru saja
dibacanya. Pesan singkat melalaui telpon seluler misalnya, seringkali hanya
diingat sesaat, dan sesuah itu mulai dihapus dan dilupakan
Kemampuan
menggunakan komunikasi verbal secara efektif sangatloah penting bagi seorang
administrastor dan manejer, termasuk seorang kepala sekolah. Jika kemampuan
seperti ini sangat lemah, maka berbagai pesan yang disampaikan seringkali menjadi
terdistorsi oleh pihak-pihak yang menjadi perantara dari penyampaikan pesan
tersebut. Oleh karena itu, tidak jarang sebuah pesan menjadi keliru hanya
karena perantara penyampain pesan tersebut tidak dapat memahaminya secara
lengkap.
Komunikasi
verbal dapat dibedakan menjadi komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan
itu sendiri merupakan pada sebuah proses dimana seorang pembicara berinteraksi
secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi prilaku penerima. Sementara
itu, komunikasi tulisan merupakan penyampaian pesan yang dilakukan melalui
penggunaan simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau media lainnya yang
dapat dibaca orang lain.
Dalam membangun
hubungan antarpribadi, pengaruh komunikasi verbal sangatlah besar. Tidak jarang
seseorang menjadi dekat dengan orang
lain, hanya karena terkesan dengan tutur kata dan penggunaan bahasanya.
Sebalinya tidak sedikit pula orang yang menjadi jauh bahkan bermusuhan hanya
karena pengunaan bahasa lisan yang tidak berkenan oleh pihak penerima pesan.
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa deskpripsi verbal memberikan
pengaruh yang sangat besar untuk membangun kesan tentang objek yang
digambarkannya.
Pada umumnya
orang lebih dapat menerima ketika kesan positif yang disampaikan tentang
dirinya, dibandingkan jika kesan negatif yang yang ada pada dirinya. Hal ini
tidak berarti kelemahan seseorang tidak perlu diberikan masukkan untuk
perbaikan, akan tetapi cara menyampaikan masukkan atau perbaikan tersebut,
perlu disampaikan dengan urutan yang diawali dengan citra positif. Misalnya, hSaya melihat kemampuan Anda dalam
menggerakan sebuah organisasi sangat bagus, sekalipun untuk menyelesaikan
masalah adminsitrasi Anda perlu banyak bantuan dari orang lain.h
Ungkapan di atas cenderung lebih
dapat diterima oleh lawan bicara kita, dibandingkan dengan ungkapan hKemampuan Anda mengelola adminsitrasi
sangat lemah, sekalipun harus saya akui kemampuan Anda menggerakan sebuah
organisasi cukup baik.h
F. Komunikasi
Non Verbal
Komunikasi non
verbal memiliki posisi dan kedudukan yang sama penting dengan komunikasi
verbal, karena keduanya saling bekerjasama dalam proses komunikasi. Dalam hal
ini, komunikasi verbal, khususnya komunikasi lisan disajikan tanpa diimbangi
oleh komunikasi non verbal. Petunjuk-petunjuk kinestetik, seperti yang
diungkapkan pada bagian terdahulu, merupakan indikasi dari pentingnya
komunikasi non verbal dalam membangun hubungan interpersonal. Jika ungkapan
lisan atau lisan dalam komunikasi verbal, dapat membuat seseorang menjadi dekat
atau bermusuhan, maka komunikasi non verbal pun potensial untuk melakukan hal
yang sama. Tidak jarang sebuah kelompok anak muda terlibat tawuran hanya karen
persoalan telunjuk, dengan kelompok
pemuda lainnya. Seorang pembicara dalam sebuah seminar, menjadi tidak bersemangat
ketika melihat ekspresi wajah yang tidak bergairah dari para pesertanya. Jika
komunikasi verbal banyak diwarnai dengan pagar atau sekat-sekat budaya dan
daerah, komunikasi non berbal justru memiliki jangkauan yang lebih universal.
Film hMr Beanh yang banyak mengusung komunikasi non verbal, lebih dapat
dinikmati secara spontan dan luas oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia
dibandingkan dengan film keluarga hBill
Cosbyh yang lebih mengedepankan komunikasi
verbal, karena perlu di terjemahkan, sehingga tidak telalu spontan, kecuali
oleh komunitasnya.
Komunikasi non
verbal dapat memberikan penekanan, pengulangan, melengkapu dan mengganti
komunikasi verbal, sehingga lebih mudah ditafsirkan maksudnya. Arifin Muhammad
(2005:130) memaknai komunikasi non verbal sebagai penciptaan dan pertukaran
pesan dengan tidal menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan
gerakan tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, kedekatan jarak, dan
sentuhan.tanda-tanda komunikasi non verbal belumlah dapat diidentifikasi
seluruhnya, tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa cara kita duduk, berdiri,
berjalan, berpakaian, semuanya menyampaikan informasi pada orang lain. Setiap
gerakan yang dilakukan dapat menyatakan asal, sikap, kesehatan dan keadaan
psikologis kita. Dalam hal in, arti dari suatu komunikasi verbal, dapat
diperoleh melalui hubungan komunikasi verbal dan non verbal. Atau dengan kata
lain, komunikasi verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maskudnya dengan
melihat tanda-tanda non verbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut.
Komunikasi non verbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal.
Komunikasi non
verbal memiliki sejumlah fungsi,diantaranya :
Pengulangan,
yaitu menggunakan simbol-simbol yang biasa digunakan untuk menyatakan sebuah
pesan, seperti menempelkan tulunjuk dibibir untuk menyampaikan pesan jangan
ribut, menggunakan telunjuk atau tangan untuk menyatakan arah. Dalam budaya
tertentu, pengguaan telunjuk dan ibu jari untuk menyatakan arah, sekaligus
menunjukkan derajat komunikasi antara seseorang dengan orang lain.
Pelengkap,
yaitu melengkapi komunikasi verbal untuk memberikan berbagai penekanan, atau
sering disebut dengan gestur.
Pengganti,
yaitu mengganti pesan-pesan yang biasa disajikan secara verbal, seperti tanda
lalu lintas, simbol-simbol larangan merokok, bahkan simbol-simbol yang
menggambarkan keadaan hati seseorang. Dapat dibayangkan jika larangan merokok
di berbagai tempat harus dinyatakan secara lisan.
Dalam
masyarakat Indonesia dan juga masyarakat dunia, penggunaan komunikasi non
verbal dalam membangun hubungan interpersonal efektif, banyak digunakan,
mengirimkan penganan atau cinderamata untuk menyatakan simpati, rasa senang,
turut bergembira, telah banyak dilakukan. Bahkan kadang-kadang simbol-simbol
seperti ini, lebih efektif jika dibandingkan dengan sekedar menggunan uang.
Seorang kepala sekolah yang kebetulan mendapat tugas ke luar negeri atau luar
daerah, akan mendapatkan kesan yang sangat mendalam, ketika memberikan
gantungan kunci atau cendera mata lainnya, kepada guru dan personil di sekolah,
dibandingkan dengan memberikan uang sebesar 1500 rupiah. Padahal jika diukur
nilainya, harga sebuah gantungan kunci sama atau mungkin lebih murah
dibandingkan nilai uang sebesar 1500 rupiah.
Pada bagian
lain, mengacungkan jempol kepada guru dan para siswa atas prestasinya juga
mengindikasikan penghargaan seorang pimpinan sebuah sekolah. Seorang pimpinan
juga dapat tampil sebagai sosok pembicara yang menyenagkan, jika mampu
mengoptimalkan potensi bahasa non verbalnya dalam berkomunikasi dengan orang
lain.
G. Kecerdasan
Emosional
Aspek penting
lain yang juga perlu diperhatikan dalam membangun hubungan antarpribadi yang
efektif adalah dimiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Hasil-hasil peneltiian
mengindikasikan bahwa 80 % keberhasilan seseorang lebih ditentukan oleh
kecerdasan atau kualitas emosionalnya dari pada sekedar kecerdasan intelektual.
Keberhasilan yang dimaksud, bukan ditentukan oleh tinggi rendahnya jabatan,
atau besar kecilnya penghasilan, akan tetapi beroeirnatasi pada penghayatan dan
komitmen terhadap karir yang dijalaninya.
Istilah hkecerdasan emosionalh itu sendiri pertama kali dilontarkan pata
tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
dari University of Hampshire (Shapiro, 1998:5) dan kemudian dipopulerkan oleh
Daniel Goleman pada tahun 1995 dengan Emotional Intelligence nya.
Kualitas-kualitas emosional itu sendiri dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Empati
Mengungkapkan
dan memahami perasaan
Mengendalikan
amarah
Kemandirian
Kemampuan
menyesuaian diri
Disukai
Kemampuan
memecahkan masalah antarpribadi
Ketekukan
Kesetiakawanan
Keramahan
Sikap hormat
atau respek
Menilik pada
kualitas-kualitas emosi di atas, dapat dipahami jika kualitas interpersonal
seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan emosinya.
Empati, sebagai
salah satu komponen penting dari kualitas emosi seseorang, mengindikan adanya
kemampuan untuk merasa atau berpikir seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh
orang lain. Orang seperti ini mampu membaca apa yang sesungguhnya diharapkan
orang lain. Sebagai contoh, seorang petugas parkir memahami betul apa yang
dipikirkan dan diharapkan oleh pengendara kendaran, yaitu kemudakan mendapat
tempat parkir yang aman dan nyaman. Ketika hal itu diterapkan maka sesungguhnya
petughas parkir tadi telah mampu berempati terhadap orang lain. Seorang kepala
sekolah yang empatik, sesungguhnya harus berpikir dan merasakan apa yang
sesungguhnya dirasakan dan dipikirkan orang guru, staf, siswa, serta
stakeholder lainnya dan bertindak sesuai dengan pemahaman, pemikiran, dan apa
yang dirakakannya tersebut.
Indikasi kedua
dari kualitas emosi adalah kemampuan mengungkapkan dan memahami perasaan,
khususnya perasaan-perasaan pribadinya. Seseorang yang sulit mengungkap
perasaan, seperti perasaan senang, terkejut, atau kecewa, akan berdampak
terjadinya tekanan pada diri individu, yang biasanya terindikasikan oleh
prilaku verbal dan non verbal, yang tentu saja tidak sehat.
Orang yang
memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, juga mampu mengenalikan amarahnya.
Kekecewaan terhadap prestasi kerja staf dapat disajikan dengan cara dan
tindakan yang tetap terkendali. Seorang pimpinan dengan kebiasaan otoriter,
emosional, sekalipun diikuti, tetap menyimpan bara dari anggota atau stafnya.
Kemandirian,
juga merupakan indikasi dari kualitas emosi seseorang. Orang dengan tingkat
kecerdasan emosi yang tinggi cenderung tidak mau tergantung pada perasaan,
kondisi, pemikiran orang lain, tetapi tetap melihat segalanya secara
proporsional dan tidak terbawa arus. Kemandirian seperti ini didukung oleh
indikasi-indikasi yang lain dari kualitas emosional, seperti kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Orang dengan kualitas emosi yang
tinggi, tidak khawatir jika mendapat tugas di daerah yang mungkin belum
terbayangkan sebelumnya.
Indikasi
lainnya, adalah disukai. Orang dengan kualitas emosional yang baik, cenderung
akan disaikai oleh orang lain dibandingkan dengan orang yang memiliki kualitas
emosional yang kurang baik. Disamping itu, orang dengan kualitas emosi yang
baik juga mampu memecahkan berbagai permasalahan interpersonal, seperti gesekan
atau perbedaan pendapat dengan kolega atau masyarakat. Orang dengan kualitas
emosi yang baik, juga berwatak setiakawan, tekun, ramah, dan respek terhadap
orang lain.
Latihan 1
Berilah
kesan/komentar anda terhadap beberapa pernyataan atau contoh kasus yang
disajikan di samping kiri. Kesan/komentar anda hendaknya bersifat spontan,
artinya secepat anda membaca secepat itu kesan/komentar dikemukakan. Ikutilah
aba-aba yang diberikan oleh instruktur.
No Pernyataan/Contoh kasus Kesan/Komentar anda
1. Gagasan dan rencana yang ada dalam
proposal Ibu cukup bagus, sekalipun cara penuangannya belum terstruktur.
2
Teknik penulisan proposal Ibu kurang terstruktur, sekalipun saya melihat
gagasan dan rencananya cukup bagus.
3. Sepasang
suami istri yang tidak mau duduk berdekatan
4. Seorang kepala sekolah yang tidak mau
duduk berdekatan dengan para gurunya
5 .
Seorang profesor yang selalu membuka pintu ruang kantornya
6. Seorang
tamu yang duduk dengan meremas-remaskan tangannya.
7. Seorang peserta diklat yang lambat,
ragu-ragu dan tersendat-sendat dalam mengemukakan pendapat.
8. Seseorang yang berbicara dengan intonasi
suara yang tinggi
9. Seseorang yang mengenakan warna baju
tidak serasi.
Latihan 2
Isilah kolom
yang tersedia di sebelah kanan, sesuai dengan pendapat dan kondisi anda.
No Pertanyaan Pendapat Anda
1 Apa yang membuat anda yakin bahwa anda
mampu mengatasi masalah pada
saat menjadi pimpinan ?
2 Apa yang membuat anda merasa setaraf
dengan orang lain ?
3 Apa yang membuat anda merasa tidak
malu jika mendapat pujian ?
4 Sifat-sifat apa yang ada pada diri
anda, yang anda merasa sifat itu kurang disukai teman-teman ?
5 Jika anda enggan melakukan dialog
terbuka, apa yang menjadi alasan anda ?
6. Jika hanya anda yang berbeda
pendapatnya, apa yang membuat anda tetap mempertahankan pendapat itu ?
7. Jika dalam suatu pertemuan orang lain
tidak memperhatikan anda, apa yang biasanya anda lakukan ?
8. Apa yang anda rasakan dan ingin dilakukan
jika ada diantara staf anda yang selalu
berseberangan pendapat atau pandangannya dengan anda ?
9. Diantara sejumlah kemampuan yang anda
miliki, kemampuan apa yang paling anda andalkan untuk memperbaiki kekeliruan
yang mungkin pernah anda lakukan ?
Latihan 3
Pada tabel di
bawah ini, kemukakanlah tiga sikap, kebiasaan, atau prilaku atasan Anda yang
kurang Anda sukai ketika Anda berdiskusi, konsultasi, atau berdialog, dengan
atasan Anda tersebut
No Sikap, Kebiasaan, atau Prilaku
Pada tabel di
bawah ini, kemukakanlah tiga sikap, kebiasaan, atau prilaku Anda yang menurut
Anda kurang produktif atau tidak Anda harapkan, ketika Anda berdiskusi,
konsultasi, atau berdialog, dengan pihak lain, baik atasan, bawahan, atau
relasi Anda.
No Sikap, Kebiasaan, atau Prilaku
Daftar Pustaka
Dahlan, M.D.
(1987), Latihan Keterampilan Konseling ? Seni Memberikan Bantuan, Jakarta
:Depdikbud
Jalaluddin
Rakhmat, (2004), Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Roda Karya
Muhammad,
Arifin. (2005). Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara
Mulyana, Deddy.
(2005). Ikmu Komunikasi ? Sebuah Pengantar, Bandung : PT Remaja Roda Karya
Nurudin.
(2004). Komunikasi Masa, Malang: CESPUR
Ramly, Teungku
Amir, Erlin Trisyulianti. (2006). Memompa Teknik Pengajaran menjadi Guru Kaya,
Jakarta: PT. Kawan Pustaka
Shapiro, E.
Laurence. (1998). Mengajarkan emotional Intelligence pada Anak, Jakarta: PT
Gramed
(Structuring
Concept)
No comments:
Post a Comment